Rabu, 15 Mei 2013

PUSDAI JABAR


ISLAMIC CENTRE JAWA BARAT
“Berkhidmat Untuk Ummat”

Sekilas tentang PUSDAI Jawa Barat
A.   Sejarah Pusdai
Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat (Jabar) merupakan Islamic Center kebanggan warga Jabar. Masjid megah dua lantai berkapasitas 6.000 jamaah itu berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektare dan berada di jantung kota, yakni Jalan Diponegoro 63, Bandung.
Lokasinya sangat strategis, jaraknya dengan Gedung Sate hanya sekira satu kilometer sejajar dengan Gedung Geologi.
Kompleks Pusdai memiliki arsitektur modern yang memadu corak alami dan etnis. Pusdai juga dikelilingi ratusan pohon berbagai jenis yang membuat suasana kompleks teduh.
Bagian dalam masjid memiliki kubah atau atap dari kayu, begitu juga ornamen atau relifnya yang dipadu dengan batu marmer.
Terdapat pula beberapa hiasan motif etnis dan Arab dalam bentuk kaligrafi memenuhi interior masjid, sehingga kesan alami dan sejuk begitu terasa saat berada di dalam masjid.
Selain masjid, di kawasan Islamic Center juga terdapat bangunan lain dengan fungsi masing-masing. Di antaranya ruang seminar Cendikia C berkapasitas 100 dan, Ruang Cendikia D berkapasitas 40 orang, Gedung Sebaguna Bale Asri berkapasitas 2.000 orang yang biasa digunakan untuk pameran dan pertemuan lain. Ada juga ruang pameran Mushaf Sundawi, ruang perkantoran, galeri, multimedia, dan lembaga bahasa.
Pusdai juga memiliki perpustakaan yang menampung 4.000 judul buku, kebanyakan buku agama. Perpustakaan itu terbuka bagi masyarakat umum.
Pengelola Unit Publikasi Perpustakaan Galeri Pusdai Jabar, Taufiq Rahman, mengatakan, Pusdai bisa dikatakan sebagai bukti antusiasme masyarakat Jabar terhadap dawah Islam.
Pembangunan Pusdai dipicu semangat menyambut awal abad ke-15 Hijriah yang jatuh antara 1977-1978. Waktu itu, dawah dan gerakan Islam di berbagai tempat di tingkat lokal dan global begitu menggeliat.
“Sejarah Pusdai dimulai 1977-1978, mungkin tidak berdiri kalau tidak ada tahun itu,” kata bpk Taufiq,”
Taufiq mengatakan, umat Islam pada 1977-1978 tengah menyambut awal abad 15 Hijriah. Mereka yakin, abad 15 Hijriah merupakan kebangkita Islam. Waktu itu di Jabar mulai marak perempuan berjilbab, masjid kampus mulai bangkit, pengajian yang tadinya kurang menjadi marak di berbagai tempat. Sementara di tingkat global, Revolusi Iran tengah berlangsung.
Lanjut dia, berbagai tokoh keagamaan Jabar berkumpul dan menggagas pembangunan Islamic Center. Ide itu kemudian diusulkan kepada Gubernur Jabar, Aang Kunaefi (1975-1985), dan direspons positif.
Berkembangnya gagasan akan kebutuhan Islamic Center itu cukup lama, yakni lima tahun. Baru pada 1982 turun SK Gubernur tentang pembangunan Islamic Center.
Setelah itu, proses panjang pembangunan Islamic Center terjadi di perencanaan dan pembebasan lahan yang memakan waktu hingga 10 tahun, selesai pada 1992.
Pada 1992 hingga 1997 dilakukan pembangunan fisik. Waktu itu era Gubernur Jabar, Yogi SM. Pembangunan fisik selesai pada 1997. Kemudian pada 2 Desember Gubernur Jabar berikutnya, Nuriana, meresmikan Islamic Center dengan nama Pusdai Jabar.
“Jadi pembangunan Pusdai Jawa barat ini dilakukan tiga gubernur, Aang Kunaefi, Yogi SM, dan Nuriana. Ini karena pembangunan menggunakan APBD, meski ada beberapa dari donatur,” terang pria jebolan arsitektur ITB itu.
Dia mengakui, tidak mudah mewujudkan gagasan jadi kenyataan. Pembangunan Pusdai Jabar sebagai pusat studi dawah Islam pertama di Jabar membutuhkan proses yang panjang. Lebih tidak mudah lagi mewujudkan visi dan misi Pusdai.

B.   Program dan Kegiatan PUSDAI antara Lain :

1.    Ta’lim, yang meliputi :
a)    Bimbel Agama, Quran dan Bahasa (AQSA)
Bimbel Agama, Quran dan Bahasa (AQSA) diselenggarakan dalam rangka membekali umat dengan kemampuan-kemampuan dasar sebagai seorang muslim diantaranya adalah dapat membaca Al-Quran sesuai dengan kaidah bacaan (Tajwid), praktek ibadah dengan benar dan memiliki wawasan agama. Secara Umum program AQSA ini dibagi tiga Program, dimana peserta dapat memilih sesuai dengan kebutuhannya, program tersebut antara lain :
1)    Baca Tulis Al-Quran, yang terdiri dari :
Ø  Al-Barqy, yakni tingkat pemula dengan sistem delapan jam bisa baca.
Ø  Tahsin, yakni kemampuan baca Al-Quran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Ø  Qiraat, yakni pendalaman gaya dan ragam intonasi bacaan Al-Quran untuk Qori.
Ø  Tahfiz, yakni pembelajaran metode, teknik dan hapalan Al-Quran
2)    Bimbingan  Belajar Agama
Dalam program ini kita akan belajar tentang dasar-dasar islam, praktek ibadah, super genius Al-Quran, Ilmu waris, dan lain-lain. Pembelajaran ini diadakan dalam bentuk pesantren kilat atau kelas insentif.
3)    Bimbel Bahasa
Pandai berbahasa arab dan inggris menjadi nilai plus tersendiri bagi seorang muslim terutama untuk kebutuhan memahami agama dari komunikasi sosial. Unit taklim Islamic centre telah menyiapkan program bahsa sebagai berikut :
v  Quantum Arabic
Tingkat dasar untuk memahami al-quran, hadits dan do’a-do’a harian.
v  Bahasa Arab Haji
Pembekalan bahasa untuk jamaah haji dan umroh.
v  Muhadatsah
Percakapan umum bagi kalangan fropesional, TKI, jurnalistik dan sebagainya.
v  General English
Pembelajaran tata bahsa untuk para pelajar dan mahasiswa.
v  Business English
Presentasi, contacting, company profile, dan lain-lain.
v  Conversation class
Belajar percakapan tematik dan kebutuhan ungkapan bahsa.
b)    Pendidikan anak, yang meliputi :
*      TK & PAUD
*      RA & TKQ
*      TKA & IQTKA
Setiap jenjang/kelas diatas memiliki induk masing-masing, seperti halnya TK & PAUD itu bernaung dibawah Diknas, adapun RA & TKQ dibawah naungan Depag, dan lain-lain lagi.
2.    Diklat dan kajian
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman umat tentang ilmu-ilmu islam sekaligus memberikan bimbingan bagai mana mengamalkannya dalam kehidupan sosial. Program-program tersebut diantaranya :

a.    Program kajian ilmu dan keislaman
Ø  Studi ilmu-ilmu islam (pengajian hari senin-jumat)
Ø  Studi intensif dan ulumul quran
Ø  Studi intensif zakat dan ekonomi islam
b.    Diklat managemen masjid dan kader DKM
Ø  Pengurusan jenazah
Ø  Ilmu faraid/waris
Ø  Hisab-Rikyat
c.    Workshop
Ø  Zakat dan wakaf
Ø  Ekonomi islam
Ø  Dakwah multimedia
d.    Motivasi dan training
Ø  Brain cell activation (BCA)
Ø  Emotional freedom training
Ø  Mind booster Indonesia (MBI)
3.    Klinik konsultasi dan bina rohani
Dalam rangka mengembangkan misi sebagai fasilitator dan agen perubahan sosial, Islamic centre jawa barat juga memberikan pelayanan konsultasi serta bimbingan kerohanian seperti :
Ø  Konsultasi agama (fikih, ibadah, syariah dan waris)
Ø  Pendidikan keluarga sakinah
Ø  Bimbingan pernikahan
Ø  Konsultasi anak
Ø  Konsultasi dan bina muallaf
Ø  Pelayanan talqin & jenazah
Ø  Pembinaan akidah-akhlaq
4.    Syi’ar masjid
Optimalisasi fungsi dan peran masjid sebagai tempat untuk membentuk genarasi islam harus diwujudkan dalam karya nyata.  Beberapa kegiatan Islamic centre jawa barat ini yang menunjang pada upaya tersebut diantaranya adalah :
a.    Penyelenggaraan sholat berjamaah lima waktu
b.    Penyelenggaraan solat jum’at
c.    Malam bina iman dan taqwa (setiap awal bulan)
d.    Tausiyah dzuhur (senin-kamis)
e.    Majelis taklim pusdai (setiap hari kamis)
f.     Majelis dzikir (setiap akhir bulan)
g.    Kuliah duha (setiap hari minggu)
h.    Perayaan hari besar islam (PHBI)






























Pusat Studi Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat merupakan Islamic Center di Kota Bandung. Lokasinya yang strategis sehingga membuat Pusdai ini banyak dikunjungi orang dari berbagai kawasan di Kota Kembang maupun orang-orang yang sedang berkunjung ke Bandung. Keramaian biasanya terjadi bertepatan dengan hari besar keagamaan maupun ketika bulan suci Ramadhan datang.

Dalam kawasan Islamic Center terdapat beberapa bangunan yang menarik dan layak untuk disinggahi karena memiliki keistimewaan dan manfaatnya tersendiri. Salah satu yang menjadi daya tarik utamanya ialah sebuah bangunan mesjid yang megah dan mewah yang terdiri dari dua lantai dengan menaranya tinggi menjulang. Mesjid ini dinamakan Mesjid Pusdai yang merupakan mesjid terpopuler setelah Mesjid Raya Bandung yang berada di Alun-Alun Bandung.

Keunikan Bangunan Mesjid
http://bandung.panduanwisata.com/files/2011/09/pusdai3.jpg
Apa yang menjadi keunikan dan daya tarik mesjid Pusdai? Mesjid ini memiliki keunikan dan keistimewaan terutama di bagian kubah atau atap mesjid yang terbuat dari kayu. Sebagian besar ornamen yang ada di mesjid inipun terbuat dari kayu sehingga kesan alami begitu kuat. Batu marmer juga ikut mendominasi bangunan mesjid yang terdapat pula beberapa hiasan motif etnis dalam kaligrafinya.
Bangunan Lain
Selain mesjid megah nan mewah yang sanggup menampung sampai 4000 jamaah ini, di kawasan ini ada bangunan lainnya yakni ruang seminar yang terdiri dari dua bentuk, besar dan kecil. Ada juga Bale Asri yang biasanya digunakan untuk menggelar pameran, pertemuan ataupun hal lainnya karena Bale Asri semacam gedung serbagunanya di lokasi ini.
Lokasi Pusdai
Luas Pusdai mencapai 4,5 hektar dan berada di Jalan Diponegoro No 63, Bandung, Jawa Barat. Lokasinya hanya berjarak sekitar 1 km saja dari Gedung Sate yang selalu ramai dikunjungi warga terutama pada hari Minggu dan libur lainnya.


Posted on July 3, 2008 by infopusdai
PUSAT Dakwah Islam Jawa Barat (Pusdai Jabar) secara fisik adalah bangunan masjid –Masjid Pusdai Jabar. Namun sebagai lembaga, Pusdai adalah lembaga dakwah atas fasilitas Pemprov Jabar untuk menjadi sentral pemrograman, pembinaan, dan pengembangan syiar Islam di wilayah Jawa Barat. Lembaga ini –bersama Masjid At-Ta’wun Puncak Bogor– berada di bawah kendali Yayasan Darma Bakti, sebuah yayasan yang berada di bawah naungan Pemprov Jabar.
Dalam struktur organisasi, Pusdai yang dulunya bernama Islamic Centre Jawa Barat ini dipimpin oleh seorang Direktur (kini dijabat oleh Drs. H. Zaenal Abidin, M.Ag) yang membawahkan empat bidang: Bidang Kajian Informasi dan Kemasyarakatan (KIK), Bidang Administrasi dan Keuangan (Adkeu), Bidang Pelayanan Ibadah dan Haji (PIH), serta Bidang Pendidikan dan Dakwah (Dikda).
Masjid Pusdai adalah bangunan utama di Kompleks Pusdai. Di sekeliling masjid terdapat berbagai ruang –termasuk ruang seminar, perpustakaan, dan sebagainya– sebagai kantor pengurus dan aktivis Pusdai.
Kompleks Pusdai berada di Jln. Diponegoro 63 Bandung, tak jauh dari Gedung Sate dan Lapaangan Gasibu Bandung, dan Kompleks Pusdai bersebelahan dengan Gedung RRI Bandung.
Gagasan pendirian Pusdai tercetus tahun 1978. Keputusan pembangunannya sendiri baru disetujui pada era 80-an. Rumitnya faktor pembebasan tanah seluas 4,5 Ha membuat pembangunan Pusdai baru bisa dimulai sekitar tahun 1992. Setelah sempat terhenti beberapa kali, akhirnya pembangunan PUSDAI Jabar rampung pada tahun 1997.
Salah satu sarana unik yang ada di sini adalah galeri Al-Qur’an Mushaf Sundawi yang berada di bagian timur bangunan. Al Qur’an ini dibuat dengan tulisan yang diperkaya dengan motif-motif Islami khas Sunda, seperti misalnya motif batik Sunda dan motif tanaman-tanaman khas Jawa Barat.
Selain menyelenggarakan berbagai aktivitas ibadah sejumlah kegiatan lainnya rutin diselenggarakan oleh Pusdai, di antaranya adalah kuliah dhuha tiap hari Ahad di ruang seminar (09.00-10.30 WIB), kursus berbagai bahasa asing, kajian tafsir, diskusi keislaman, dan seminar, dan sebagainya .
Sejumlah rute angkutan kota maupun bis kota melewati Kompleks Pusdai, di antaranya: Angkot jurusan Cicaheum-Ciwastra, Riung Bandung-Dago, Cicaheum-Ciroyom, Cicaheum-Ledeng, ST Hall-Sadang Serang, Caringin-Dago, Gedebage-Awiligar, dan bis kota jurusan Dipatiukur-Jatinangor.




ABOUT PUSDAI

http://pusdai.files.wordpress.com/2008/08/pusdai.jpg?w=300&h=225Pusdai secara fisik adalah bangunan masjid –Masjid Pusdai Jabar. Namun sebagai lembaga, Pusdai adalah lembaga dakwah atas fasilitas Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menjadi sentral pemrograman, pembinaan, dan pengembangan syiar Islam di wilayah Jawa Barat. Lembaga ini -–bersama Masjid At-Ta’wun Puncak Bogor dan Gedung Bale Asri-– berada di bawah kendali Yayasan Darma Asri (d/h Yayasan Dharma Bhakti), sebuah yayasan yang berada di bawah naungan Pemprov Jabar.
Dalam struktur organisasi, Pusdai dipimpin oleh seorang Direktur (kini dijabat oleh Drs. H. Zaenal Abidin, M.Ag) yang membawahkan empat bidang: Bidang Kajian Informasi dan Kemasyarakatan (KIK), Bidang Administrasi dan Keuangan (Adkeu), Bidang Pelayanan Ibadah dan Haji (PIH), serta Bidang Pendidikan dan Dakwah (Dikda).
Masjid Pusdai adalah bangunan utama di Kompleks Pusdai. Di sekeliling masjid terdapat berbagai ruang –termasuk ruang seminar, perpustakaan, dan sebagainya– sebagai kantor pengurus dan aktivis Pusdai.
http://pusdai.files.wordpress.com/2008/08/pusdai2.jpg?w=300&h=225Kompleks Pusdai berada di Jln. Diponegoro 63 Bandung, tak jauh dari Gedung Sate dan Lapaangan Gasibu Bandung, dan Kompleks Pusdai bersebelahan dengan Gedung RRI Bandung.
Gagasan pendirian Pusdai tercetus tahun 1978. Keputusan pembangunannya sendiri baru disetujui pada era 80-an. Rumitnya faktor pembebasan tanah seluas 4,5 Ha membuat pembangunan Pusdai baru bisa dimulai sekitar tahun 1992. Setelah sempat terhenti beberapa kali, akhirnya pembangunan PUSDAI Jabar rampung pada tahun 1997.
Salah satu sarana unik yang ada di sini adalah galeri AI Qur’an Mushaf Sundawi yang berada di bagian timur bangunan. Al Qur’an ini dibuat dengan tulisan yang diperkaya dengan motif-motif Islami khas Sunda, seperti misalnya motif batik Sunda dan motif tanaman-tanaman khas Jawa Barat.
http://indrakh.files.wordpress.com/2007/09/pusdai3.jpg?w=300&h=225Selain menyelenggarakan berbagai aktivitas ibadah sejumlah kegiatan lainnya rutin diselenggarakan oleh Pusdai, di antaranya adalah kuliah dhuha tiap hari Ahad di ruang seminar (09.00-10.30 WIB), kursus berbagai bahasa asing, kajian tafsir, diskusi keislaman, dan seminar, dan sebagainya .
Sejumlah rute angkutan kota maupun bis kota melewati Kompleks Pusdai, di antaranya: Angkot jurusan Cicaheum-Ciwastra, Riung Bandung-Dago, Cicaheum-Ciroyom, Cicaheum-Ledeng, ST Hall-Sadang Serang, Caringin-Dago, Gedebage-Awiligar, dan bis kota jurusan Dipatiukur-Jatinangor.*
















Geliat Kebangkitan Islam Abad XV Hijriah Berbuah Pusdai

Jum'at, 3 Agustus 2012 - 09:38 wib wib
Iman Herdiana - Okezone
Pusdai Jawa Barat (Foto: Okezone/Iman Herdiana)
Pusdai Jawa Barat (Foto: Okezone/Iman Herdiana)
BANDUNG - Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat (Jabar) merupakan Islamic Center kebanggan warga Jabar. Masjid megah dua lantai berkapasitas 6.000 jamaah itu berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektare dan berada di jantung kota, yakni Jalan Diponegoro 63, Bandung.

Lokasinya sangat strategis, jaraknya dengan Gedung Sate hanya sekira satu kilometer sejajar dengan Gedung Geologi.

Kompleks Pusdai memiliki arsitektur modern yang memadu corak alami dan etnis. Pusdai juga dikelilingi ratusan pohon berbagai jenis yang membuat suasana kompleks teduh.

Bagian dalam masjid memiliki kubah atau atap dari kayu, begitu juga ornamen atau relifnya yang dipadu dengan batu marmer.

Terdapat pula beberapa hiasan motif etnis dan Arab dalam bentuk kaligrafi memenuhi interior masjid, sehingga kesan alami dan sejuk begitu terasa saat berada di dalam masjid.

Selain masjid, di kawasan Islamic Center juga terdapat bangunan lain dengan fungsi masing-masing. Di antaranya ruang seminar Cendikia C berkapasitas 100 dan, Ruang Cendikia D berkapasitas 40 orang, Gedung Sebaguna Bale Asri berkapasitas 2.000 orang yang biasa digunakan untuk pameran dan pertemuan lain. Ada juga ruang pameran Mushaf Sundawi, ruang perkantoran, galeri, multimedia, dan lembaga bahasa.

Pusdai juga memiliki perpustakaan yang menampung 4.000 judul buku, kebanyakan buku agama. Perpustakaan itu terbuka bagi masyarakat umum.

Pengelola Unit Publikasi Perpustakaan Galeri Pusdai Jabar, Taufiq Rahman, mengatakan, Pusdai bisa dikatakan sebagai bukti antusiasme masyarakat Jabar terhadap dawah Islam.

Pembangunan Pusdai dipicu semangat menyambut awal abad ke-15 Hijriah yang jatuh antara 1977-1978. Waktu itu, dawah dan gerakan Islam di berbagai tempat di tingkat lokal dan global begitu menggeliat.

“Sejarah Pusdai dimulai 1977-1978, mungkin tidak berdiri kalau tidak ada tahun itu,” kata Taufiq, kepada Okezone.

Taufiq mengatakan, umat Islam pada 1977-1978 tengah menyambut awal abad 15 Hijriah. Mereka yakin, abad 15 Hijriah merupakan kebangkita Islam. Waktu itu di Jabar mulai marak perempuan berjilbab, masjid kampus mulai bangkit, pengajian yang tadinya kurang menjadi marak di berbagai tempat. Sementara di tingkat global, Revolusi Iran tengah berlangsung.

Lanjut dia, berbagai tokoh keagamaan Jabar berkumpul dan menggagas pembangunan Islamic Center. Ide itu kemudian diusulkan kepada Gubernur Jabar, Aang Kunaefi (1975-1985), dan direspons positif.

Berkembangnya gagasan akan kebutuhan Islamic Center itu cukup lama, yakni lima tahun. Baru pada 1982 turun SK Gubernur tentang pembangunan Islamic Center.

Setelah itu, proses panjang pembangunan Islamic Center terjadi di perencanaan dan pembebasan lahan yang memakan waktu hingga 10 tahun, selesai pada 1992.

Pada 1992 hingga 1997 dilakukan pembangunan fisik. Waktu itu era Gubernur Jabar, Yogi SM. Pembangunan fisik selesai pada 1997. Kemudian pada 2 Desember Gubernur Jabar berikutnya, Nuriana, meresmikan Islamic Center dengan nama Pusdai Jabar.

“Jadi pembangunan Pusdai Jabar ini dilakukan tiga gubernur, Aang Kunaefi, Yogi SM, dan Nuriana. Ini karena pembangunan menggunakan APBD, meski ada beberapa dari donatur,” terang pria jebolan arsitektur ITB itu.

Dia mengakui, tidak mudah mewujudkan gagasan jadi kenyataan. Pembangunan Pusdai Jabar sebagai pusat studi dawah Islam pertama di Jabar membutuhkan proses yang panjang. Lebih tidak mudah lagi mewujudkan visi dan misi Pusdai.

Sementara pengelola gedung yang juga Ketua Panitia Semarak Ramadan, Indra Nugraha, menambahkan, visi dan misi Pusdai Jabar ialah membangun kesejahteraan sosial dan ketakwaan masyarakat dengan dakwah Islam.



PPI

PERSATUAN ISLAM (PERSIS)  
Disusun Oleh: Ahmad Robihan, S, Pd. I.
MAHASISWA PASCA SARJANA UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO  
  
I.      PENDAHULUAN 
Akhir abad ke 19 merupakan momentum bagi kebangkitan dunia Islam. Kesadaran ini muncul setelah dunia Islam melihat perputaran roda sejarah berbalik: dunia Barat maju dan dunia Islam terpuruk, bahkan Islam menjadi bulan-bulanan dunia Barat yang Kristen itu. Dari realitas sejarah ini kemudian muncul gerakan yang mencoba untuk melakukan otokritik secara kritis dengan cara melakukan evaluasi sebab-sebab terjadinya perputaran roda sejarah yang berbalik itu.  Gerakan ini lebih mengemuka di hampir dunia Islam pada abad ke 20 dengan nama gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Tema sentral ide pembaharuan pemikiran dalam Islam di atas terletak pada kata kunci I’adatu al-Islam, yakni keinginan masyarakat Islam untuk mengembalikan peran dunia Islam dalam percaturan global peradaban dunia, yang dulu pernah dilakukan Islam. Salah satu wujud dari I’adatu al-lslam itu adalah lajdid al-fahm, yakni memperbaharui kembali cara pandang dalam menjawab problematika yang berkembang dengan kembali kepada al-Quran dan al-Hadis. Tajdid al-fahm ini dilakukan karena kemunduran dunia Islam diakibatkan penempatan qaul ulama abad pertengahan dijadikan rujukan utama dalam menjawab persoalan kontemporer sehingga yang terjadi kemudian adalah bias-bias dan kekakuan karena qaul itu sendiri muncul dan dirumuskan berdasarkan setting sosial oleh ulama ketika masih hidup. Adapun tema sentral gerakan untuk memulihkan dunia Islam adalah pemurnian akidah, ibadah dan semangat ijtihad di tengah masyarakat singkretik dan masyarakat yang berorientasi taklid.[1]  Menjamurnya gerakan pembaharuan pemikiran Islam seperti yang berkembang di dunia Islam di atas juga berkembang di Indonesia yang muncul pada awal abad ke-20, yang salah satunya adalah Persatuan Islam (PERSIS). Dalam makalah ini, penulis akan mencoba memaparkan sejarah berdirinya Persis, arah dan pergerakannya, visi dan misi Persis, serta peran Persis. 

 II.      PEMBAHASAN 

A.    Sejarah Berdirinya PERSIS
Persatuan Islam atau yang disingkat menjadi PERSIS, adalah salah satu gerakan pembaharuan yang berdiri di Bandung pada hari Rabu, tanggal 12 September1923 M / 1 Safar 1342 H., tepatnya di salah satu gang kecil yang bernama Pakgade. Di gang ini banyak berkumpul para saudagar, yang saat itu disebut Urang Pasar.[2] Awal mula pembicaran pendirian PERSIS, didasarkan pembicaraan awal antara Yusuf  Zamzam, Qomaruddin, dan E. Abdurrahman.[3]  Berdirinya organisasi Persatuan Islam, bersemboyan “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah” , sehubungan dengan hal ini firman Allah yang berbunyi sebagai berikut;       “Dan berpeganglah kamu sekalian dengan tali Allah, dan janganlah kamu berpisahpisah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, lalu ia jinakkan antara hati-hati kamu, lantas dengan nikmat Allah kamu jadi bersaudara, padahal, dahulunya kamu di pinggir lobang dari neraka, tetapi Ia selamatkan kamu daripadanya; begitulah Allah terangkan kepada kamu tanda-tanda- Nya supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran: 103) .[4]  Berdirinya PERSIS juga dimaksudkan membersihkan Islam dari segala bid’ah, khurafat, shirik. Organisasi Persatuan Islam pada awal terbentuknya melalui kenduri-kenduri yang diadakan oleh kelompok para pedagang secara berkala dari rumah ke rumah anggota kelompok yang berasal dari Pelembang, mereka hijrah ke Bandung sejak abad 18, antara satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan kekeluargaan, dan perkawinan dan adanya kepentingan bersama dalam usaha perdagangan serta adanya kontak antara generasi yang datang kemudian untuk mengadakan studi agama, dan tamu-tamu lainnya yang datang pada acara tersebut juga berasal dari orang lain di luar perkumpulan peranakan Palembang, yaitu orang-orang yang ada di sekitar mereka berdagang.  Di antara tokoh-tokoh utama pendiri Persatuan Islam adalah Zamzam (1894-1952) dan Muhammad Yunus.[5] Topik pembicaraan pada saat kenduri yang diadakan itu adalah diskusi-diskusi yang mengarah pada pendirian PERSIS dan mengupas gagasan-gagasan reformis yang sangat popular di Sumatera, yaitu yang dimuat di majalah al-Munir, yang terbit di Padang dan majalah yang bernama al-Manar, majalah ini terbit di Mesir, juga konflik yang terjadi antara Jami’at al-Khayr dengan al-Irsyad dalam masalah talafuz, niat dan berbagai persoalan lainnya. Selain itu jama’ah cikal bakal berdirinya PERSIS juga sangat menaruh perhatiannya terhadap organisasi-organisasi ke-Islaman lainnya seperti Syarikat Islam, di mana saat itu mereka sedang mengalami perpecahan akibat pengaruh faham komunis, begitu pula dengan Syarikat Islam di Bandung resmi menyokong komunis pada kongres Nasional yang 6 di Surabaya pada tahun 1921. Hal ini menjadi sangat menarik untuk dibicarakan oleh jama’ah cikal bakal berdirinya PERSIS tersebut, di samping itu kalangan mayoritas kalangan ummat Islam di Bandung khususnya menjadi sangat resah. Semua berita ini telah dibawa oleh Fakih Hasyim dari Surabaya ke Bandung.[6]  Dari jama’ah penela’ah tentang Islam, mereka namakan Persatuan Islam. Saat itu pada setiap jama’ahnya selalu mengadakan hubungan antara satu dengan yang lainnya, jadi jama’ah tersebut sebenarnya telah terbentuk tanpa hubungan organisatoris yang resmi atau tanpa peraturan yang resmi, oleh karena itu didirikanlah secara resmi organisasinya sehingga mempunyai peraturan resmi dan disusun bersama, kemudian diberi nama dengan Persatuan Islam.[7]   Berdirinya organisasi PERSIS bukan atas dasar kepentingan dari pendirinya, namun atas dasar syi’ar Islam. Para pendiri PERSIS mendirikan organisasi karena merasa terpanggil untuk memperbaiki ummat, dan para pendirinya tidak mendapatkan kepentingan di dalamnya. Berdirinya organisasi PERSIS saat itu hanya bertujuan untuk mengangkat ummat Islam dari kejumudan berfikir dan ketertutupan pintu ijtihad.[8] B.     Arah Dan Pergerakan PERSIS Organsisasi PERSIS, di awal berdirinya sudah menampakkan perbedaan coraknya dengan kelompok pergerakan lainnya, dan berdirinya PERSIS dititikberatkan pada pembentukan faham keagamaan, sedangkan kelompok-kelompok pergerakan yang telah diorganisasikan, misalnya Budi Utomo, yang didirikan pada tahun1908, pergerakannya dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan bagi orang-orang pribumi (khususnya orang-orang jawa), sementara itu, Syarikat Islam yang didirikan pada tahun 1912, organisasi ini bergerak dalam bidang perdagangan dan politik, dan Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912, gerakan organisasi ini dikhususkan bagi kesejahteraan sosial masyarakat muslim dan kegiatan pendidikan keagamaan.  PERSIS juga tidak banyak menekankan pengembangan jumlah anggotanya, tetapi PERSIS masih tetap sebuah organisasi yang relatif kecil dengan struktur yang longgar. sedangkan popularitas PERSIS dapat dirasakan dibeberapa tempat, dan hal ini nampaknya terlihat pada bidang pendidikan agama yang ditawarkannya, masjid-masjid, sikapnya yang jelas terhadap isu-isu controversial, serta pada kontak social dan perhelatan yang diorganisasikan oleh para aktifisnya melalui berbagai macam pertemuan, pengajian dan perdebatan, karena itu reputasi PERSIS tidak banyak bergantung pada prestasi-prestasi organisasionalnya, akan tetapi lebih karena kemampuannya dalam menciptakan sebuah kesetiakawanan, sebuah ciri khas, sebuah pandangan, sebuah idiologi yang memandang Islam sebagai inti kehidupan, dengan menggantungkan secara langsung segala macam persoalan pada pendirian itu.  Dalam perkembangan selanjutnya perjuangan PERSIS memiliki dua macam, yaitu: pertama: perjuangan kedalam, yang secara aktif membersihkan Islam dari faham-faham yang tidak berdasarkan al-Qur’an dan Hadits , terutama yang menyangkut masalah akidah dan ibadah serta menyeru ummat Islam supaya berjuang atas dasar al-Qur’an dan Sunnah . kedua: perjuangan keluar, yang secara aktif menentang dan melawan setiap aliran dan gerakan anti Islam yang hendak merusak dan menghancurkan Islam di Indonesia, karena itulah segala aktifitas dan perjuangannya ditekankan pada usaha menyiarkan, menyebarkan dan menegakkan faham al-Qur’an dan Sunnah . Dengan demikian, usaha mengembangkan organisasi tidak mendapat perhatian yang wajar, disamping tidak diniatkan, dan PERSIS hanya mencari kwalitas bukan kwantitas, PERSIS mencari isi bukan mencari jumlah.[9]

 C.     Visi Misi Dan Tujuan Persis 

1.      Visi : terwujudnya al-Jamaah sesuai tuntutan Alquran dan Sunah. 

2.      Misi: (1) mengembalikan umat kepada Alquran dan Sunah. (2)menghidupkan ruh al-jihad, ijtihad dan tajdid. (3)mewujudkan Mujahid, Mujtahid, dan Muwahid. (4)meningkatkan kesejahteraan umat.[10]  3.      Tujuan: terlaksananya syariat Islam berlandaskan Alquran dan Sunah secara kâffatdalam segala aspek kehidupan.[11] D.   Peran Persis  Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada penyebaran faham Alquran dan sunah. Hal ini dilakukan melalui berbagai aktivitas, di antaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, pendirian sekolah-sekolah ( pesantren ), penerbitan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktivitas keagamaan lainnya.[12] Dalam bidang pendidikan, pada 1924 diselenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa. Pada 1927, didirikan lembaga pendidikan kanak-kanak dan Holland Inlandesch School ( HIS ) yang merupakan proyek lembaga Pendidikan Islam (Pendis) di bawah pimpinan Mohammad Natsir. Kemudian, pada 4 Maret 1936, secara resmi didirikan Pesantren Persis yang pertama dan diberi nomor satu di Bandung.  Dalam bidang penerbitan ( publikasi ), Persis banyak menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah,[13] di antaranya majalah Pembela Islam ( 1929 ), Al-Fatwa ( 1931 ), Al-Lissan ( 1935 ),At-Taqwa ( 1937 ), majalah berkala Al-Hikam ( 1939 ), Aliran Islam ( 1948 ), Risalah ( 1962 ),Pemuda Persis Tamaddun ( 1970 ), majalah berbahasa Sunda Iber ( 1967 ), dan berbagai majalah ataupun siaran publikasi yang diterbitkan oleh cabang-cabang Persis di berbagai tempat. Beberapa di antara majalah tersebut saat ini sudah tidak diterbitkan lagi. Melalui penerbitan inilah, Persis menyebarluaskan pemikiran dan ide-ide mengenai dakwah dan tajdid. Bahkan, tak jarang di antara para dai ataupun organisasi-organisasi keislaman lainnya menjadikan buku-buku dan majalah-majalah terbitan Persis ini sebagai bahan referensi mereka. Gerakan dakwah dan tajdid Persis juga dilakukan melalui serangkaian kegiatan khutbah dan tabligh yang kerap digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pimpinan Pusat Persis, permintaan dari cabang-cabang, undangan dari organisasi Islam lainnya, maupun atas permintaan masyarakat luas. Pada masa Ahmad Hassan, guru utama Persis, kegiatan tabligh yang digelar Persis tidak hanya bersifat ceramah, tetapi juga diisi dengan menggelar perdebatan tentang berbagai masalah keagamaan. Misalnya, perdebatan Persis dengan Al-Ittihadul Islam di Sukabumi pada 1932, kelompok Ahmadiyah ( 1933 ), Nahdlatul Ulama ( 1936 ), kelompok Kristen, kalangan nasionalis, bahkan polemik yang berkepanjangan antara Ahmad Hassan dan Ir Soekarno tentang paham kebangsaan. Sepeninggal Ahmad Hassan, aktivitas dakwah dengan perdebatan ini mulai jarang dilakukan. Persis tampaknya lebih menonjolkan sikap low profile sambil tetap melakukan edukasi untuk menanamkan semangat keislaman yang benar. Namun, bukan berarti tidak siap untuk berdiskusi dengan kelompok yang memiliki pandangan berbeda dalam satu bidang tertentu. Jika dibutuhkan, Persis siap melakukan gebrakan yang bersifat shock therapy. Di pengujung abad ke-20, aktivitas Persis meluas ke aspek-aspek lain. Orientasi Persis dikembangkan dalam berbagai bidang yang menjadi kebutuhan umat. Mulai dari bidang pendidikan ( tingkat dasar hingga pendidikan tinggi ), dakwah, bimbingan haji, zakat, sosial, ekonomi, perwakafan, dan lainnya. Dalam perkembangannya, sejak tahun 1963, Persis mengoordinasi pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar di cabang-cabang Persis. Hingga Muktamar II di Jakarta tahun 1995, Persis tercatat telah memiliki 436 unit pesantren dari berbagai tingkatan. Selain itu, Persis pun menyelenggarakan bimbingan jamaah haji dan umrah dalam kelompok Qornul Manazil, mendirikan beberapa bank Islam skala kecil ( Bank Perkreditan Rakyat / BPR ), mengembangkan perguruan tinggi, mendirikan rumah yatim dan rumah sakit Islam, membangun masjid, seminar, serta lainnya.[14] Dalam bidang organisasi, Persis membentuk Dewan Hisbah sebagai lembaga tertinggi dalam struktur organisasi. Dewan Hisbah ini difungsikan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan keputusan hukum,[15]  dan sebagai Dewan Peneliti Hukum Islam sekaligus sebagai pengawas pelaksanaannya di kalangan anggota Persatuan Islam,[16] dan bertanggungjawab kepada Allah SWT dalam setiap kinerja dan keputusan-keputusan hukum yang difatwakannya. 

 III.      KESIMPULAN 

PERSIS, adalah salah satu gerakan pembaharuan yang didirikan oleh Yusuf  Zamzam, Qomaruddin, dan E. Abdurrahman. Organisasi Persatuan Islam ini, bersemboyan “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah dengan maksud membersihkan Islam dari segala bid’ah, khurafat, shirik. Berdirinya organisasi PERSIS bertujuan untuk mengangkat ummat Islam dari kejumudan berfikir dan ketertutupan pintu ijtihad.  Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada penyebaran faham Alquran dan sunah. Hal ini dilakukan melalui berbagai aktivitas, di antaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, pendirian sekolah-sekolah ( pesantren ), penerbitan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktivitas keagamaan lainnya.  Peran persis sebagai salah satu organisasi Islam sangatlah besar, misalnya dalam bidang pendidikan, ialah dengan menyelenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa. Persis juga mendirikan lembaga pendidikan kanak-kanak dan Holland Inlandesch School ( HIS ) yang merupakan proyek lembaga Pendidikan Islam (Pendis). Kemudian, pada 4 Maret 1936, secara resmi Persis mendirikan Pesantren Persis yang pertama dan diberi nomor satu di Bandung. Dalam perkembangannya, Persis mengoordinasi pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar di cabang-cabang Persis.  Dalam bidang penerbitan, Persis banyak menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah. Melalui penerbitan ini, Persis menyebarluaskan pemikiran dan ide-ide mengenai dakwah dan tajdid. Perkembangan selanjutnya, aktivitas Persis meluas ke aspek-aspek lain. Orientasi Persis dikembangkan dalam berbagai bidang yang menjadi kebutuhan umat. Mulai dari bidang pendidikan ( tingkat dasar hingga pendidikan tinggi ), dakwah, bimbingan haji, zakat, sosial, ekonomi, perwakafan, dan lainnya. Demikian makalah yang dapat penulis paparkan, semoga bermanfaat. Kritik dan saran penulis harapkan, guna untuk perbaikan dan penyempurnaan.    DAFTAR PUSTAKA  A. Hasan: Tafsir Al-Qur’an, Q.S: 3 (Ali- Imran): 103, Al-Ikhwan, Surabaya, 2004.  Amin Abdullah, Telaah Hermenetis terhadap Masyarakat Muslim Indonesia, dalam Muhammad Wahyuni Nafis, dkk., Kontekstnalisasi Ajaran Islam: 70 Tahun Prof. Dr. Munawir Sjadzali, Paramadina, Jakarta, 1995.  Asrohah Hanun,. Sejarah Pendidikan Islam, Cet : 1;  Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1992.  Dadan Wildan, PERSIS Dalam Pentas Sejarah Islam, (Bandung, tt dan diktat tidak diterbitkan). Deliar Noer: Gerakan Moderen Islam di Indonesia, 1900-1942, LP3ES, Jakarta, 1980.  K. H,M. Isa Anshori, Menifes Perjuangan Persaatuan Islam, Pasifik, Bandung, 1958.  PP PERSIS,1993. “Persis Dalam Pentas Sejarah Islam Indonesia”, dalam Risalah, Nomor 5 Tahun XXXI. Pusat Pimpinan Persatuan Islam, Tafsir Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persatuan Islam, PP. PERSIS, Persatuan Islam, Bandung, 2005.  Qanun Asasi- Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam. PERSIS Press, Bandung,  2005.  Republika, Islam Digest,  Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H.     ________________________________________ [1] Amin Abdullah, Telaah Hermenetis terhadap Masyarakat Muslim Indonesia, dalam Muhammad Wahyuni Nafis, dkk., Kontekstnalisasi Ajaran Islam: 70 Tahun Prof. Dr. Munawir Sjadzali, Paramadina, Jakarta, 1995, hlm. 539.  [2] K. H,M. Isa Anshori, Menifes Perjuangan Persaatuan Islam, (Bandung: Pasifik,1958), hlm. 6.  Lihat juga, Deliar Noer: Gerakan Moderen Islam di Indonesia, 1900-1942. (Jakarta; LP3ES, 1980), hlm. 95. [3] Dadan Wildan, PERSIS dalam Pentas Sejarah Islam, (Bandung, tt dan diktat tidak diterbitkan), hlm. 31 [4] A. Hasan: Tafsir Al-Qur’an, (Surabaya: al-Ikhwan, 2004), S: 3 (Ali- Imran): 103. pada ayat ini sesuai dengan yang tertera pada Qanun Dakhili Persatuan Islam, 2005-2010, Bab: XIV, Psl: 73, tentang Semboyan, yang berisi: Pada setengah lingkaran bagian atas (pada lambang PERSIS) ditulis ayat al-Qur’an S. 3 (4): 103, dan pada setengah lingkaran bagian bawahnya ditulis hadits Rasul Yadullah ma’al Jama’ah, yang masing-masing bermakna pegangan dan titik tolak perjuangan jam’iyyah dan keharusan kehidupan berjama’ah dan berimamah dalam jam’iyyah PERSIS. [5] PP PERSIS, Nomor 5 Tahun XXXI September 1993, hlm. 5. [6] Deliar Noer, Op. Cit., hlm: 109. [7] Pusat Pimpinan Persatuan Islam, Tafsir Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persatuan Islam, PP. PERSIS, (Bandung: Persatuan Islam, 2005) hlm.  [8] Ibid. [9] Ibid. Isa Anshori. hlm: 43. [10] Qanun Asasi- Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam. (Bandung: PERSIS PRESS. 2005). hlm. 25. [11] Ibid. Hal. 7 [12] Asrohah Hanun,. Sejarah Pendidikan Islam, Cet : 1;  (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1992). hlm.167.  [13] Deliar Noer, hlm: 38-69. [14] Republika, Islam Digest ,  Ahad, 3 Oktober 2010 / 24 Syawal 1431 H  [15] Qanun Asasi  - Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili, (PERSIS: Pedoman Kerja, Program Jihad 2005-2010), Persatuan Islam. Bab: VIII, Tentang Dewan Hisbah, pasal 48, tentang Tugas dan Fungsi, pada ayat 1 dan 2, disebutkan bahwa: Dewan Hisbah merupakan  Dewan pertimbangan, pengkajian shara’ dan fatwa dalam Jam’iyyah. Dewan Hisbah berkewajiban melakukan pengkajian shara’ atas berbagai persoalan yang berkembang. [16] Ibid, psl: 51, ayat 1, dan 2, tentang kewajiban, bahwa Dewan Hisbah berkewajiban meneliti hukum-hukum Islam. Dan Dewan Hisbah berkewajiban merespon segala persoalan masarakat yang berkaitan dengan fatwa hukum.