Senin, 28 Desember 2015

TIGA PILAR MEMBANGUN BANGSA

Segala puji serta syukur mari kita panjatkan atas seluruh nikmat yang pasti kita tidak akan mampu menghitung-hitungnya wa inta’udduu ni’matallahi latuhshuha , terutama nikmat iman dan Islam, karena ia adalah nikmat yang hanya diberikan kepada orang-orang yang istimewa dan hamba-hamba yang terpilih, berbeda dengan harta dan dunia,  ia diberikan kepada siapa saja,  yang beriman maupun kafir, yang taat maupun yang bermaksiat, yang bersyukur maupun yang kufur, Karena itu, mari kita hadirkan suasana kesyukuran atas nikmat istimewa ini
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…
Marilah kita membuka hati dan membuka pikiran, untuk menerima nasihat-nasihat Allah dan nasihat-nasihat baginda Nabi Muhammad SAW, karena agama ini adalah nasihat, mudah-mudahan nasihat-nasihat ini akan menghidupkan hati dengan iman dan ketakwaan, Rasulullah SAW bersabda:
عَنُ أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
 ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا
Abu Hurairah –RA- berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: ada tiga golongan di mana Allah SWT tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, tidak pula mereka akan disucikan dan bagi mereka siksaan yang pedih, yaitu (pertama) seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan sedang ia membutuhkan), (kedua) seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberinya maka ia marah, (ketiga) seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli, kemudian (Rasulullah) membacakan ayat “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji dan sumpah-sumpah kepada Allah dengan harga yang sedikit”. (HR. Bukhari No. 2186)

Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…
Rasulullah SAW telah memberikan isyarat dalam hadits di atas tiga pilar utama tegaknya eksistensi kehidupan dan tiga asas yang akan melahirkan baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghabur. Sebab itu, Allah SWT memberikan ancaman yang demikian besar yakni tidak akan pernah memandang dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, tidak akan mensucikannya dan mempersiapkan siksaan yang pedih, oleh karena, hilangnya ketiga pilar ini adalah bencana kehidupan dan bahaya bagi kemanusiaan.
Pilar Pertama, Kepedulian  
Rasulullah SAW telah mengungkapkan dengan bahasa isyarat “seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan dan membutuhkan),”. Cukuplah sebuah bencana, ketika kepedulian telah mati rasa, setiap diri tidak lagi peduli, terhadap apa yang sedang terjadi di sekelilingnya,  tidak lagi peduli terhadap keluarganya, tidak lagi peduli terhadap tetangganya, tidak lagi peduli terhadap umat, masyarakat dan bangsanya, perhatikan peringatan Nabi SAW:
كَفَى بِالمَرْءِ إِثْماً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُوْلُ
“Cukuplah dosa bagi seseorang, ketika mana ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Hakim dalam kitab al mustadrak lisshihain, dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash, No. 1448)
مَا يُؤْمِنُ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ طَاوٍ إِلَى جَنْبِهِ
Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no. 29748)
مَنْ لمَ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ المُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidaklah termasuk golongannya”. (Hr. At Thabrani, no.7614 dari sahabat Hudzaifah al Yamani, Syaikh Nasirudin Al Albani mengatakan bahwa hadits ini Dhaif)
Pilar Kedua, Pemimpin Beriman
Rasulullah SAW telah mengisyaratkan “ seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberi maka ia marah”.
Demikian pentingnya eksistensi kepemimpinan sehingga sahabat Ustman bin Affan-Radhiyallahu ‘Anhu– pernah mengatakan “Sungguh Allah telah memberikan kekuatan kepada pemimpin, apa yang tidak diberikan kepada Al-Quran”.
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Jika Allah memberikan aku satu kesempatan doa yang akan dikabulkan, maka niscaya aku pergunakan untuk mendoakan kepada pemimpin”.
Yang demikian itu, oleh karena kepemimpinan adalah rahasia kebaikan dunia dan kunci keberkahan akhirat, kebaikannya akan membawa kepada kemaslahatan rakyat dan keburukannya akan menjerumuskan kepada kesesatan masyarakat. Sebab itu, Rasulullah SAW mengingatkan kepada umat agar berhati-hati dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin, hendaknya pilihan itu dilandasi oleh karena iman bukan karena uang (baca: money politic), sehingga akan terlahir pemimpin-pemimpin yang memiliki kredibilitas dan kapasitas, bukan pemimpin-pemimpin gadungan yang muncul karena sihir uang dan rekayasa iklan.
Rasulullah SAW juga telah memperingatkan di antara tanda-tanda kiamat adalah munculnya pemimpin gadungan yang hanya memanfaatkan pangkat dan kedudukan demi meraup keuntungan dan memperkaya diri.
فَمَا أَشْرَاطُهَا ؟ قَالَ : ” أَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ رُعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ
“Maka apakah tanda-tandanya (kiamat)?, Nabi menjawab: “engkau akan melihat seorang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju dan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan”. (HR. Muslim)
Al Qurtubi menjelaskan makna hadits Muslim di atas: “Adalah berita tentang perubahan nilai di mana orang pedalaman yang tidak memiliki ilmu dan kemampuan memimpin dengan kekuatan dan paksaan, maka bertambahlah hartanya dan berbangga-bangga membangun dan meninggikan bangunan, dan inilah yang menjadi kenyataan”. (Lihat dalam Fathul Bari juz 1/131). Sebab itu, mari cerdas dalam memilih!!

Pilar ketiga, Kejujuran
Rasulullah SAW mengisyaratkan dalam sabdanya: “seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli”.
Perhatikan sabda Rasul SAW “selepas asar” yang menegaskan bahwa barangnya tak lebih hanyalah sisa dagangan yang tidak terjual di waktu pagi, hingga  dijual kembali di waktu sore, namun demikian, tidak segan ia bersumpah serapah atas nama Allah demi meyakinkan kepada sang pembeli dan menutupi tipu daya dan kecurangannya.
Hari-hari ini, kita sebagai sebuah komunitas bangsa benar-benar mendapatkan pelajaran nyata, betapa kejujuran adalah sumber segala kebaikan, sebaliknya ketidakjujuran adalah biang segala kerusakan dan kehancuran. Kejujuranlah yang akan membawa kepada ketenangan batin, keharmonisan, rasa saling percaya, persatuan, kekuatan, dan yang pasti keberkahan dunia dan akhirat, sedang tidak jujur adalah sumber kegelisahan, perpecahan, sikap saling curiga, jiwa hipokrit dan munafik, keretakan, pertikaian, permusuhan dan yang pasti kebangkrutan dan kehancuran dunia dan akhirat, maka benarlah yang disabdakan Nabi SAW:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran), dan tetaplah seseorang berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta”[1]
Sebab itu, mari kita mulai berani bersikap jujur!

Catatan Kaki:
[1] Dikeluarkan Bukhari, Muslim, Thabrani, Abu dawud dan juga Tirmidzi dalam kitab Jami’ul Ushul min Ahaditsir Rasul, no.4641

KEUTAMAAN BELAJAR DAN MENGHAFAL AL-QUR'AN



Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya

Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para shahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca.
Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat menolak. „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“ ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi pada saat itu para shahabat, tabi’it dan thabi’i tabiin mempelajari al Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.
Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu genap semuanya.

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)

Ridho Alloh “Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)
Akan dipakaikan mahkota dr cahaya Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an." (HR. Al-Hakim)
"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun alaih)
Menjadi keluarga Alloh "Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)
"Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari
"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur’an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)
“Orang-orang yang tidak punya hafalan Al-Quran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mu runtuh.”  (HR Tirmidzi)
Jadi intinya Al Qu’an adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.
Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran, membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.
Wallahu alam bi shawab

Apakah keutamaan hafal Al-Quran? Mungkin inilah pertanyaan segelintir orang yang heran dengan mereka yang menghabiskan waktunya untuk menghafal AlQuran

Berikut keutamaan menghafal Al-Quran:

  1. Ridho Allah
  2. Akan menjadi penolong (syafaat) bagi penghafalnya
  3. Benteng dan perisai hidup
  4. Pedoman dalam menjalankan kehidupan
  5. Nikmat mampu menghafal AlQuran sama dengan nikmat kenabian
  6. Kebaikan dan berkah bagi penghafalnya
  7. Rasulullah sering mengutamakan yang hafalannya lebih banyak (Mendapat tasyrif nabawi)
  8. Para ahli Quran adalah keluarga Allah yang berjalan di atas bumi
  9. Dipakaikan mahkota dari cahaya di hari kiamat yang cahayanya seperti cahaya matahari
  10. Kedua orang tuanya dipakaikan jubah kemuliaan yang tak dapat ditukarkan dengan dunia dan seisinya
  11. Kedudukannya di akhir ayat yang dia baca
  12. Tiap satu huruf adalah satu hasanah hingga 10 hasanah
  13. Allah membolehkan rasa iri terhadap ahlul Quran
  14. Menjadi sebaik-baik manusia
  15. Kenikmatan yang tiada bandingannya
  16. Ditempatkan di syurga yang tertinggi
  17. Akan menjadi orang yang arif di syurga kelak
  18. Menjadi pengingat akan kebesaran Allah
  19. Menghormati penghafal Quran berarti mengagungkan Allah
  20. Hati penghafal Quran tidak akan disiksa
  21. Lebih berhak menjadi imam sholat
  22. Dapat memberikan syafaat pada keluarganya
  23. Bekalan yang paling baik
  24. Menjadikan baginya kedudukan di hati manusia dan kemuliaan
  25. Ucapan pemiliknya selamat dan lancar berbicara
  26. Ciri orang yang diberi ilmu
  27. Membantu daya ingat
  28. Penghafal Quran tidak pernah terkena penyakit pikun
  29. Mencerdaskan dan meningkatkan IQ
  30. Menambah keimanan
  31. Mengetahui ilmu agama dan ilmu dunia
  32. Menjadi hujjah dalam ghazwul fikri saat ini
  33. Menjadi kemudahan dalam setiap urusan
  34. Menjadi motivator tersendiri
  35. Pikiran yang jernih
  36. Ketenangan dan stabilitas psikologis
  37. Lebih diterima bicara di depan publik
  38. Menerima kepercayaan orang lain
  39. Penghafal Quran akan selalu mendapat keuntungan dagangan dan tidak pernah rugi
  40. Menyehatkan jasmani (seperti yang diteliti oleh Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh,