Segala puji serta syukur mari kita panjatkan atas
seluruh nikmat yang pasti kita tidak akan mampu menghitung-hitungnya wa
inta’udduu ni’matallahi latuhshuha , terutama nikmat iman dan Islam, karena ia
adalah nikmat yang hanya diberikan kepada orang-orang yang istimewa dan
hamba-hamba yang terpilih, berbeda dengan harta dan dunia, ia diberikan kepada siapa saja, yang beriman maupun kafir, yang taat maupun
yang bermaksiat, yang bersyukur maupun yang kufur, Karena itu, mari kita
hadirkan suasana kesyukuran atas nikmat istimewa ini
قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
(58)
Katakanlah:
“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…
Marilah
kita membuka hati dan membuka pikiran, untuk menerima nasihat-nasihat Allah dan
nasihat-nasihat baginda Nabi Muhammad SAW, karena agama ini adalah nasihat,
mudah-mudahan nasihat-nasihat ini akan menghidupkan hati dengan iman dan
ketakwaan, Rasulullah SAW bersabda:
عَنُ أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ
لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ
بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا
Abu
Hurairah –RA- berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: ada tiga golongan di mana
Allah SWT tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, tidak pula mereka akan
disucikan dan bagi mereka siksaan yang pedih, yaitu (pertama) seseorang yang
memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu
sabil (orang yang dalam perjalanan sedang ia membutuhkan), (kedua) seseorang
yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia,
jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberinya maka ia marah,
(ketiga) seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia
berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah
memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli, kemudian
(Rasulullah) membacakan ayat “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan
janji dan sumpah-sumpah kepada Allah dengan harga yang sedikit”. (HR. Bukhari
No. 2186)
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…
Rasulullah
SAW telah memberikan isyarat dalam hadits di atas tiga pilar utama tegaknya
eksistensi kehidupan dan tiga asas yang akan melahirkan baldatun Thayyibatun Wa
Rabbun Ghabur. Sebab itu, Allah SWT memberikan ancaman yang demikian besar
yakni tidak akan pernah memandang dengan pandangan rahmat pada hari kiamat,
tidak akan mensucikannya dan mempersiapkan siksaan yang pedih, oleh karena,
hilangnya ketiga pilar ini adalah bencana kehidupan dan bahaya bagi
kemanusiaan.
Pilar Pertama, Kepedulian
Rasulullah
SAW telah mengungkapkan dengan bahasa isyarat “seseorang yang memiliki
kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil
(orang yang dalam perjalanan dan membutuhkan),”. Cukuplah sebuah bencana,
ketika kepedulian telah mati rasa, setiap diri tidak lagi peduli, terhadap apa
yang sedang terjadi di sekelilingnya,
tidak lagi peduli terhadap keluarganya, tidak lagi peduli terhadap
tetangganya, tidak lagi peduli terhadap umat, masyarakat dan bangsanya,
perhatikan peringatan Nabi SAW:
كَفَى بِالمَرْءِ إِثْماً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُوْلُ
“Cukuplah dosa bagi seseorang, ketika mana ia menyia-nyiakan orang yang
menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Hakim dalam kitab al mustadrak lisshihain,
dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash, No. 1448)
مَا يُؤْمِنُ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ طَاوٍ
إِلَى جَنْبِهِ
Tidaklah
sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya
kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no.
29748)
مَنْ لمَ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ المُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ
مِنْهُمْ
“Barang
siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidaklah termasuk
golongannya”. (Hr. At Thabrani, no.7614 dari sahabat Hudzaifah al Yamani,
Syaikh Nasirudin Al Albani mengatakan bahwa hadits ini Dhaif)
Pilar Kedua, Pemimpin Beriman
Rasulullah
SAW telah mengisyaratkan “ seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin
kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika
ia tidak memberi maka ia marah”.
Demikian
pentingnya eksistensi kepemimpinan sehingga sahabat Ustman bin
Affan-Radhiyallahu ‘Anhu– pernah mengatakan “Sungguh Allah telah memberikan
kekuatan kepada pemimpin, apa yang tidak diberikan kepada Al-Quran”.
Fudhail
bin ‘Iyadh mengatakan: “Jika Allah memberikan aku satu kesempatan doa yang akan
dikabulkan, maka niscaya aku pergunakan untuk mendoakan kepada pemimpin”.
Yang
demikian itu, oleh karena kepemimpinan adalah rahasia kebaikan dunia dan kunci
keberkahan akhirat, kebaikannya akan membawa kepada kemaslahatan rakyat dan
keburukannya akan menjerumuskan kepada kesesatan masyarakat. Sebab itu,
Rasulullah SAW mengingatkan kepada umat agar berhati-hati dalam memilih dan
mengangkat seorang pemimpin, hendaknya pilihan itu dilandasi oleh karena iman
bukan karena uang (baca: money politic), sehingga akan terlahir
pemimpin-pemimpin yang memiliki kredibilitas dan kapasitas, bukan
pemimpin-pemimpin gadungan yang muncul karena sihir uang dan rekayasa iklan.
Rasulullah
SAW juga telah memperingatkan di antara tanda-tanda kiamat adalah munculnya
pemimpin gadungan yang hanya memanfaatkan pangkat dan kedudukan demi meraup
keuntungan dan memperkaya diri.
فَمَا أَشْرَاطُهَا ؟ قَالَ
: ” أَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ رُعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ
“Maka
apakah tanda-tandanya (kiamat)?, Nabi menjawab: “engkau akan melihat seorang
yang tidak beralas kaki, tidak berbaju dan penggembala kambing berlomba-lomba
meninggikan bangunan”. (HR. Muslim)
Al
Qurtubi menjelaskan makna hadits Muslim di atas: “Adalah berita tentang
perubahan nilai di mana orang pedalaman yang tidak memiliki ilmu dan kemampuan
memimpin dengan kekuatan dan paksaan, maka bertambahlah hartanya dan
berbangga-bangga membangun dan meninggikan bangunan, dan inilah yang menjadi
kenyataan”. (Lihat dalam Fathul Bari juz 1/131). Sebab itu, mari cerdas dalam
memilih!!
Pilar
ketiga, Kejujuran
Rasulullah
SAW mengisyaratkan dalam sabdanya: “seseorang yang melakukan transaksi
perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya,
sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang
pembeli”.
Perhatikan
sabda Rasul SAW “selepas asar” yang menegaskan bahwa barangnya tak lebih
hanyalah sisa dagangan yang tidak terjual di waktu pagi, hingga dijual kembali di waktu sore, namun demikian,
tidak segan ia bersumpah serapah atas nama Allah demi meyakinkan kepada sang
pembeli dan menutupi tipu daya dan kecurangannya.
Hari-hari
ini, kita sebagai sebuah komunitas bangsa benar-benar mendapatkan pelajaran
nyata, betapa kejujuran adalah sumber segala kebaikan, sebaliknya
ketidakjujuran adalah biang segala kerusakan dan kehancuran. Kejujuranlah yang
akan membawa kepada ketenangan batin, keharmonisan, rasa saling percaya,
persatuan, kekuatan, dan yang pasti keberkahan dunia dan akhirat, sedang tidak
jujur adalah sumber kegelisahan, perpecahan, sikap saling curiga, jiwa hipokrit
dan munafik, keretakan, pertikaian, permusuhan dan yang pasti kebangkrutan dan
kehancuran dunia dan akhirat, maka benarlah yang disabdakan Nabi SAW:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ
الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ
، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى
النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah
kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan,
dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap
seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi
Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan
membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran),
dan tetaplah seseorang berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi
Allah sebagai pendusta”[1]
Sebab
itu, mari kita mulai berani bersikap jujur!
Catatan
Kaki:
[1]
Dikeluarkan Bukhari, Muslim, Thabrani, Abu dawud dan juga Tirmidzi dalam kitab
Jami’ul Ushul min Ahaditsir Rasul, no.4641