Kamis, 17 November 2011

bacaan solat sesuai hadits nabi Saw


BACAAN SHOLAT
A.     MACAM-MACAM DO’A IFTITAH
1.    Berdasarkan  Hadits  Dari  Abu  Hurairita  R.A
Allahumma Baa’id Baini Wabaina Khotoyaaya Kamaa Baa’adta Bainal Masriki Walmagribi, Allahumma Nakini Min Khotooyaaya Kamaa Yunakossaobul Abyadu Minadanas, Allahummagsilni Minkhotooyaaya Bilmaa’i, Wassalji, Walbarodi.
 {H.R. Bukhori – Muslim}
2.    Berdasarkan hadits Drai Nafi’ bin jubair bin muth’im RA.
“ Allahu Akbar Kabiron 3 Kali          
Wa Hamdu Lillahi Katsiran 3 Kali
Wasubhana Allahi bukrotan Wa Asilan 3 Kali
{H.R. Ahmad, Fikih Sunnah, jilid 1 hal 264}
3.    Berdasarkan Hadits Dari Umar R.A.
Subhaanaka Allahumma Wabihamdika Watabaarokasmuka Wata Aala Jaduka Walaailaha Goiruka
{H.R. Muslim}
4.    Berdasarkan Hadits Dari Ali R.A
Wajahtu wajhialiladzi fatorossamawaati Wal Ardi Hanifan Musliman Wamaa anaminal Musyrikin Ina Solaati Wanusuki Wamahyaaya Wamamaati Lilahi Robbil Aalamina Laa Syarikalahu Wabidalika Umirtu Waanaa minal Muslimiin, Allahumma Antal Maliku Laa Ilahaila Anta, Anta Robi Waana Abduka Dolamtu Nafsi Wataroftu Bidambi Faghfirli Dunubi zamii’an Inahu Laayaghfiru Dunuuba Ilaa Anta Wahdinii Li’ahsanil Ahlaki Laayahdi Li’ahsaniha ILaa anta Wasrip Anii Sayiahaa ILaa Anta Labaika Wasa’daika Walkhoiru Quluhu Fii Yadaika Wassuru Laisa Ilaika Annaa Bika Wailaika Tabarokta Wata’alita Astaghfiruka Wa’atubu ILaika
{H.R. Ahmad & Muslim, Dlm Fikih Sunnah Jilid 1 hal 262}

B.   Macam-Macam Do’a Ruku
1.    Berdasarkan Hadits Dari Uqbah Bin Amr R.A
“ Fasabbih Biismi Robbika Al Adiimi “ artinya dan hendaklah engkau memahasucikan tuhanmu yg maha besar.
{H.R. Ahmad & Abu Daud, Dlm Nailul Al-Authar jilid 3 Hal 274}
2.    Berdasarkan Hadits Dari Abudllah Bis Mas’ud R.A
“ Subhaana Robiya Al-Azimi 3 Kali” artinya Mahasuci tuhanku yg maha Besar.
{H.R. Abu Daud, jilid 1 hal 204}
3.    Berdasarkan Hadits Dari Aisyah R.A
Subhaanaka Allahumma Robanaa Wabihamdika Allahuma aghfirli
Artinya, mahasuci engkau ya Allah Tuhan kami dengan memujiMu Ya Allah Ampunilah aku.
{H.R. Jamaah}
4.    Berdasarkan Hadits dari Aisyah R.A
“Subuhun Quduusu Robul Malaikati Warruhi” artinya, Dia Maha Suci Maha Bersih, Robnya Malaikat & Malaikat Jibril.
{H.R. Muslim, Dlm Nailul Al-Authar, jilid 2 Hal 275}


v  Bacaan Tasmi “ Sami Allahu Liman Hamidahu
C.   Macam-macam Bacaan I’tidal
1.    Berdasarkan Hadits dari Anas R.A
“Robbana Walakal Hamdu” artinya, Ya Tuhan kami bagi-Mulah Segala Puji.
{H.R. Bukhori & Muslim, Dlm Nailul Al-Authar, Jilid 2 Hal 28}






2.    Berdasarkan Hadits Dari Abu Khurairoh R.A
“ Allah Humma Robanaa Lakal Hamdu milussamawati Wamil Ul’ardi Wamil Umaa Si’tamin Syaiin Ba’du”
{H.R. Muslim, Jilid 1 hal 198}
3.    Berdasarkan Hadits dari Abi Aufa R.A
“ Robbanaa Lakal Hamdu milussamaawati Wal ardi Wamilu Maa Si’tamin Syaiin Ba’du Ahlan Sanaai Walmazdi Ahaqu Maakolal Abdu Wakulna Laka Abdun Allahumma Laamaania Limaa A’toita Walaa Mu’tia Limaa Mana’ta Walaa Yanfau Dalzaddi Minkalzad’
{H.R. Muslim, Jilid 1 Hal 199}
4.    Berdasarkan Hadits dari Rifa’ah bin rafi R.A
Robanaa Lakal Hamdu Katsiron Toyiban Mubaarokan piihi, artinya Ya Tuhan Kami, bagiMulah puji-ujian yang sebanyak-banyaknya, penuh berkah didalamnya
{H.R. Ahmad & Bukhori, dlm Fikih Sunnah, jlid 1 hal 163}

D.   Macam-macam bacaanSujud
1.    Berdasarkan Hadits dari Ukhbah R.A
“Sabihis Marobikal A’la” Artinya, Dan hendaklah engkau memaha sucikan nama Tuhan mu yang maha tinggi.
{H.R. Imam Ahmad & Abu daud, Dlm Nailul Al_authar, jilid 3 hal 274}
2.    Berdasarkan Hadits dari Hudaifah R.A
“Subhaana Robial A’la” artinya Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi.
{H.R. Imam yang Lima, dlm Nailul Al-authar, jilid 2 hal 273}
3.    Berdasarkan Hadits dari Aisyah R.A
 Subhaanaka Allahumma Robanaa Wabihamdika Allahuma aghfirli
Artinya, mahasuci engkau ya Allah Tuhan kami dengan memujiMu Ya Allah Ampunilah aku.
{H.R. Jamaah}
4.    Berdasarkan Hadits Dari Abu Khurairota R.A
“ Allahummaghfirlii Dambi Kuluhu dikohu Wajuluhu Wa awaluhu Wa akhiruhu Wa alainyatahu Wasirohu”  artinya , Ya Allah ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar yang pertama dan yang terakhir, yang tampak dan yang tersembunyi.
{H.R. Muslim, jilid 1 hal 201}

E.   Macam-macam doa duduk diantara dua sujud
1.    Berdasarkan hadits dari hudaifah R.A.
“Robighfirlii, Rabighfirlii” artinya Ya Allah ampunilah aku.
{H.R.Nasa’I & ibnu majah}
2.    Bedasarkan Hadits dari Ibnu Abbas R.A
“Allahumaghfirli Warhamni Wa afini Wahdini Warjukni” artinya, Ya Allah ampunilah aku, Rahmatilah aku, Selamatkanlah aku, Berilah aku petunjuk, dan berikanlah aku Rizki.
{H.R. Abu Daud, Jilid 1 hal 196}
3.    Berdasarka Hadits dari Ibnu Abbas R.A
“ Allahumaghfirli Warhamni Wajburnii Wahdini Warjukni” Artinya, Ya Allah ampunilah aku, Rahmatilah aku, pimpinlah aku, berikanlah aku petunjuk dan berikanlah aku rizki.
{H.R. Tirmidzi, tuhfatu al-ahwadzi, jilid 2 hal 163}
4.    Berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas R.A
“ Allahumaghfirli Warhamni Wajburni Warfa’ni Wahdini Warjukni” artinya, Ya Allah ampunilah aku,, Rahmatilah aku, tingkatkanlah derajatku, tutupilah aku, pimpinlah aku, dan berikanlah aku rizki.
{H.R. Hakim, dlm Al-Mustadrok, jilid 1 hal 172}









F.    Macam-macam do’a Tasyahud
1.    Berdasarkan hadits dari Abudllah bin Mas;ud R.A
“Attahiyatulilah Wassolawatu Watoyibah Assalamu alaika Ayuhannabiyu warohmatullahi wabarokaatuh assalamu alaina waalaibadillahi solihin Asyhadu An Laailhaila Allah Wahdahulasyarikalah Wa Asyhadu Anna muhammadan ‘Abduhu Warosuluhu”
{H.R.Bukhori-Muslim, dlm Subu as-Salam, jilid 1 hal 19}
2.    Berdasarkan hadits dari ibnu Abbas R.A
“Attahiyatul mubaarokatu Solawatu thoyibatu Lilaah Assalamu alaika Ayuhan nabiyu warohmatullahi wabarokatuh assalamu’ alaina wa alaibadilahi solihin Asyhadu an laailaha Ila Allah wa ashadu anna muhammadar Rosulullah”
{H.R. Muslim, jilid 1 hal 172}

G.   Bacaan sholawat atas Nabi
Dari ibnu mas’ud ra ia berkata : bahwa basyir bis saad telah bertanya, Ya rosulullah, allah telah memerintahkan kepada kami untuk membaca sholawat kepadamu, maka bagai mana seharusnya kami membaca sholawat kepadamu ?
Allahmma Sholi ‘al Muhammad Wa ‘Alaa Ali Muhammad kamaa Sollaita ‘Ala Ali Ibrohim Wabaarik ‘Alaa Muhammad Wa alaa ali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa Ali ibrohim pilalamin, Innaka hamidummajid
{H.R. Muslim, jilid 1 hal 173}

Sabtu, 05 November 2011

teori sistem & need assessment


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Teori yaitu dalil (ilmu pasti), ajaran atau paham (pandangan) tentang sesuatu berdasarkan kekuatan akal (ratio), patokan dasar atau garis-garis dasar sains dan ilmu pengetahuan,  pedoman praktek.
Teori Tindakan, yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.
Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behavour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh system sosial, system budaya dan system kepribadian dari masing-masing individu tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu system sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang didalamnya berisi tentang interaksi yang avektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok.
Sedangkan yang dimaksud Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama .
Maka sistim secara umum dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Teori Sistem ?
2.      Bagai mana Kritik Terhadap Teori Sistem
3.      Konsep Teori Sistem Dalam Pelatihan Dakwah
4.      Hakikat Dakwah Sesuai Sunnah
5.      Sistem Dakwah Dalam Menjawab Masalah Ummat
6.      Pengertian Need Assessment
7.      Model Konseptual Untuk Asesmen
8.      Konsep Dan Aplikasi Needs Assessment
9.      Pemilihan Akan Pendekatan Needs Assessment
10. Langkah-Langkah Asessment
11. Kesimpulan untuk Akhir Needs Assessment

C.    Tujuan Penulisan
a)      Untuk melengkapi tugas kuliah dalam mata kuliah manajemen pelatihan dakwah.
b)      Untuk memberikan pengetahuan mengenai informasi tentang Teori system dalam pelatihan dakwah
c)      Untuk menyebarkan informasi mengenai Need assessment dan juga penjelasan-penjelasannya.
d)     Sebagai sarana untuk mentrasport ilmu-ilmu mengenai teori system dalam pelatihan dakwah dan juga mengenai need assessment.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
1.      Teori Sistem

Teori yaitu dalil (ilmu pasti), ajaran atau paham (pandangan) tentang sesuatu berdasarkan kekuatan akal (ratio), patokan dasar atau garis-garis dasar sains dan ilmu pengetahuan; pedoman praktek.
Sedangkan yang dimaksud Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama . Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Teori Sistem: yaitu, suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang tercakup di dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar keluarga disebut sebagai system, anak merupakan sus system dan masyarakat merupakan supra system, selain kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya secara horizontal suatu system dengan berbagai system yang sederajat.
Dalam pandangan Talcott Parsons, masyarakat dan suatu organisme hidup merupakan system yang terbuka yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. System kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua dimensi yaitu : interaksi antar bagian-bagian / elemen-elemen yang membentuk system dan interaksi / pertukaran antar system itu dengan lingkungannya. Talcott Parsons membangun suatu teori system umum / Grand Theory yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam segala system kehidupan, yaitu : Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latent Pattern Maintenance. Talcott Parsons mengemukakan teori sebagai berikut :
Sitem Sosial Sistem Budaya ==> Individu ==> Perilaku Sistem Kepribadian
Sistem adalah pengertian yang paling banyak dipakai dalam ilmu politik dan hubungan internasional pada saat ini. Sistem dapat dijelaskan sebagai :
a.       Kerangka teoritis untuk mengumpulkan data mengenai fenomena politik.
b.      Kesatu integrasi saling berhubungan berdasarkan serangkaian hipotesa variabel politik, misalnya sistem internasional yang melibatkan pemerintah dunia.
c.       Serangkaian hubungan diantara variabel politik dalam sebuah sistem internasional misalnya sistem bipolar.
d.      Satu set variabel interaksi
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.
Anatol Rapoport menyatakan, “satu kesatuan yang berfungsi sebagai satu kesatuan karena bagian-bagian yang saling bergantung dan sebuah metode yang bertujuan menemukan bagaimana sistem ini menyebabkan sistem yang lebih luas yang disebut sistem teori umum”.
Sebuah sistem bisa longgar atau ketat, stabil atau tidak stabil. Sistem lebih kecil yang disebut subsistem mungkin hidup dalam sistem yang lebih luas. Sebuah sistem memiliki batas-batas yang membedakan dari lingkungan. Setiap sistem merupakan jaringan komunikasi yang membuka aliran informasi untuk proses penyesuaian diri.
Setiap sistem memiliki inputs dan outputs. Sebuah output satu sistem mungkin menjadi input sistem lain yang biasa juga disebut “feedback”.
2.      Kritik Terhadap Teori Sistem
Meskipun sistem teori umum memiliki pengaruh kuat sehingga menjadi pendekatan dominan dalam studi politik, namun teori ini bukannya tidak ada kritik. Menurut Harold dan Margaret Sprout, sejumlah teoritisi sistem “secara eksplisit mengenalkan konsep organisme mengenai diskusi tentang negara dan sistem internasional”.
Meskipun mereka menyatakan bahwa “sebagian teoritisi sistem akan berhenti untuk mengklaim bahwa struktus dan fungsi sosil dan biologi adalah isomoporik namun benar-benar dalam pemahaman metafisik”, Sprout mempertanyakan “apakah teori itu memperjelas dan memperkaya wawasan dalam operasi organisasi politik dengan menggunakan mereka meskipun secara metaporis dengan struktur pseudobiologis dan fungsi pseudopsikologis”.
Kritik lain muncul dari Stanley Hoffmann yang mengatakan bahwa teori sistem tidak memberikan sebuah kerangka untuk mencapai predikbilitas. Dengan mengkombinasikan ideal ilmu deduktif dengan keinginan mencapai predikbilitas, Hoffmann menyatakan teori sistem menjadi tautological (pengulangan).Kritik Hoffmann adalah teoritisi sistem menggunakan teknik pribadi yang tidak tepat meminjam dari disiplin lain seperti sosiologi, ekonomi, sibernetik, biologi dan astronomi.
Pada saat yang sama, Hoffmann mengkritik model yang mengandung pola interaksi karen kurang referensi empiris.Menurut Hoffmann, model sistem karena bertujuan generalisasi tingkat tinggi dan penggunaan alat-alat dari disiplin lain, tidak “menyentuh bidang politik”. Penekanan banyak dari model sistem terhadap teori komunikasi menyederhanakan sistem komunikasi manusia dan masyarakat mengabaikan substansi pesan yang dibawa jaringan itu.Karena penekanan terhadap konsep stabilitas, keseimbangan, kesiapan dan pola pemeliharaan, teori sistem dikritik karena adanya bias ideologis untuk mendukung statusquo, meskipun teori ekuilibrium tidak berkonotasi bias terhadap perubahan.
Kritik ini terutama diarahkan khususnya pada fungsionalisme struktural meskipun ada respon dari Merton yang berargumentasi bahwa pengkritiknya menuduh bias demi mendukung perubahan karena esensi alamiah mekanistik analisa struktural fungsional dan kelemahannya untuk rekayasa sosial.Selain itu studi sistemik dikritik karena tak bisa secara spesisik atau menjelaskan basis epistemologinya. Sejak awal, penuli teori sistem mengarahkan karyanya pada pernyataan substantif tentang kekuasaan dan stabilitas tanpa memperjelas dalam definisi atau variabel yang jelas.
3.      Teori Sistem Dalam Pelatihan Dakwah
Dinamika masyarakat Islam di Indonesia telah menjadi fenomena tersendiri. Berbagai permasalahan keummatan terjadi silih berganti, datang dan pergi. Masalah-masalah keummatan yang didasarkan dari aspek sosiologis hingga aspek permasalahan akidah mudah didapatkan ditubuh ummat Islam belakangan ini. Ummat saat ini membutuhkan bimbingan yang benar dalam hidup mereka dan mengarahkan kembali untuk dapat mengentaskan solusi permasalahan yang dihadapinya.
Pada makalah ini dengan mengharapkan ridho Alloh pemakalah berharap dapat memberikan sajian dengan tema ‘Analisa Masalah Ummat dengan Pendekatan Sistem Dakwah’ dimana pembahasan kali ini mencoba menganalisa masalah-masalah keummatan yang saat ini ada dengan mengkorelasikan apa sumbangsih dakwah dengan sistem yang dimilikinya dan dapat menjadi alternatif solusi tersendiri akan masalah-masalah keummatan.
4.      Hakikat Dakwah Sesuai Sunnah
Terjadinya banyak permasalahan ummat tak dapat dipungkiri bahwa hal itu memiliki keterkaitan dengan para pendakwah yang berkualitas, adanya berbagai permasalahan keummatan yang terjadi (yang nantinya akan kami uraikan di point setelah ini) tak terlepas dari faktor para da’i yang mengemban tugas mulia yaitu dakwah ilalloh. Sebelum menapaki kepada pembahasan lebih dalam akan sebuah analisa sistem dakwah terhadap problematika ini, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu, apa dan bagaimanakah dakwah yang sesuai sunnah itu.
Dakwah mestilah didasarkan dengan sifat ikhlas, yaitu mengikhlaskan segala hal dalam dakwah hanya mengharapkan balasan dari Alloh subhanahu wa  ta’ala Alloh azza wa jala berfirman :
“ Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". ( QS. Al Kahfi : 110 )
Dan masih ada ayat lainnya yang menganjurkan untuk mengikhlaskan diri dalam berdakwah melainkan aktivitas ibadah dan muamalah lainnya. Rasululloh. shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “ Sesungguhnya Alloh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni ( ikhlas ) untukNya dan untuk mencari wajahNya. “ ( HR. Nasai, no 3140. Silsilah Ash Shahihah; karya Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, no 52 )
Dari keterangan ayat dan hadist diatas maka hendaklah setiap da’i tidak berdakwah melainkan hanya untuk mengharapkan balasan dari Alloh azza wa jalla. Bukan untuk mengharapkan materi, kehormatan, pujian, dan sanjungan. Maka itulah hakikat dakwah yang haq.
Hendaklah dakwah yang dilakukan diatas ilmu, ilmu yang dimaksud disini ialah terbagi menjadi beberapa bagian :
  1. Ilmu Agama, seorang da’i hendaklah berdakwah dengan hujjah dan bayan yang haq keika mendakwahkan para mad’u. sebagaimana firman Alloh azza wa jalla dalam QS. Yusuf : 108
  2. Ilmu tentang keadaan orang yang didakwahkannya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallohu ‘anhu. Rasululloh shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Muadz “ Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab…” ( HR. Bukhari ).
  3. Seseorang da’i hendaklah mengetahui ilmu tentang metode / manhaj dalam berdakwah, yang dimaksud disini ialah manhaj dalam dakwah dalam menyampaikan apa yang seharusnya terlebih dahulu didakwahkan dan apa yang memang paling menjadi prioritas dalam berdakwah.

Maka hakikat dakwah sesuai sunnah adalah mendakwahkan kaum muslimin dengan mencontoh dakwah yang dilakukan oleh Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dakwah beliau ‘alaihimush shalatu wa sallam adalah dimulai pertama kali dengan tauhid. Maka sudah sepantasnya bagi para da’i untuk memulai dakwah sebagaimana Rasululloh memulai dakwahnya. Bukan sekedar dakwah yang bersifat menghibur namun miskin akan ilmu ataupun dakwah yang dicampur dengan segala bentuk kebathilan. Sebagaimana Al Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata dan dinukil oleh Al Imam Asy Syathibi dalam karya monumental beliau yaitu Al Itisham, “ tidak akan baik akhir dari generasi ummat ini, sebelum mereka kembali kepada apa-apa yang membuat baik generasi awal ummat ini “ bahkan hinga ada seorang da’i yang dia berada diatas sunnah pernah mengatakan “ berusahalah agar ummat ini layak ditolong oleh Alloh, dan tidak akan dating pertolongan Alloh sebelum kita (kaum muslimin) kembali kepada apa-apa yang membuat baik generasi awal ummat ini “.
Analisa masalah ummat
Terlalu banyak tantangan-tantangan ummat islam baik yang bersifat internal dan eksternal, masalah internal terjadi dikalangan ummat biasanya lebih banyak didasarkan oleh beberapa permasalahan yang menjadi problematika dakwah. Masalah-masalah yang bersifat internal antara lain :
  1. masalah khilafiyah, yaitu kelemahan kaum muslimin dalam memahami masalah yang bersifat fiqhiyah dan tidak toleransi terhadap perbedaan cara beribadah sekalipun masih dalam konteks diperbolehkan.
  2. kondisi ummat Islam yang hampir sebagian besar bodoh terhadap agamanya dan tidak memahami mana-mana saja yang termasuk bagian dari agama dan bukan dari agama, mana yang sesuai syariat dan mana yang tidak
  3. sifat fragmentasi kepartaian, menjamurnya partai-partai yang berlabelkan ‘Islam’  atau yang memanfaatkan umat Islam sebagai konstituennya, namun masing-masing berdiri sendiri dan bangga dengan identitas sendiri (kelompok) semakin jauh dari persatuan.
  4. munculnya kelompok-kelompok yang sesat yang menyempal dari Islam dan ‘berbaju’ Islam; seperti kelompok rasionalis yang mendewakan akal fikiran (ar- ra’yu) dalam memahami agama, munculnya kelompok takfiri (kelompok yang saling mengkafikan antara sesame muslim secara sembarangan)
Sedangkan permasalahan-permasalahan ummat yang bersifat eksternal antara lain :
  1. kelompok-kelompok agama yang memposisikan Islam sebagai musuh
  2. sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme
  3. animisme, sinkretisme, dan aliran pemikiran sesat lainnya
  4. musuh-musuh Islam ( Yahudi dan Nashara )
  5. westernisasi dan penghancuran nilai-nilai moral pemuda Islam, dll
5.      Sistem Dakwah Dalam Menjawab Masalah Ummat
Sebagaimana kita ketahui bahwa definisi sistem dakwah adalah sehimpunan komponen dakwah yang dinamis dan saling berkaitan sehingga membentuk kesatupaduan tujuan dakwah, sedangkan unsure-unsur dari sistem dakwah adalah unsur-unsur yang berperan, saling melengkapi, dan membutuhkan atau disebut juga dengan komponen sistem dakwah, unsur-unsur tersebut adalah :
  1. Input
  2. Output
  3. Lingkungan (environmental)
  4. Konversi
  5. Feed-Back
Kinerja system dakwah dalam melakukan analisa masalah keummatan adalah dengan melihat korelasi yang berkesinambungan antara semua pihak yang terlibat dalam keberlangsungan dakwah itu sendiri. Dalam hal ini elemen penting yang sangat terkait adalah hubungan feed back yang baik antara da’i dan mad’u.

6.      Tujuan Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan agar peserta:
1.      Memiliki bekal pengetahuan konsep tentang Dakwah Transformatif.
2.      Mampu mengidentifikasi karakter-karakter dan atau kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah transformatif.
3.       Mampu mengembangkan metode dakwah transformatif sesuai kebutuhan di lapangan.
4.      Mampu mengembangkan konsep dakwah transformatif di lembaganya masing-masing.

7.      Bentuk Dan Metode Pelatihan
Bentuk dan Metode Pelatihan Dakwah Transformatif sebagai berikut :1. Pelatihan mengutamakan proses belajar mandiri melalui dinamika kelompok.2. Pelatihan menggunakan multimedia elektronik, flip chart, dan modul.3. Pelatihan diselenggarakan dengan pendampingan oleh instruktur dan fasilitator yang memiliki kompetensi dan pengalaman dibidangnya.4. Pelatihan dilakukan dengan mengeksplorasi potensi peserta dan mentransformasinya menjadi life skills dengan simulasi dan role playing.5. Diskusi dan Tukar Pengalaman6. Studi Kasus

8.      Pendekatan Berbasis Perkaderan
a.       Fokus Penguatan Kader.
Lepasan-lepasan pelatihan dai ini akan senantiasa dibina dengan melakukan kegiatan-kegiatan berkala yang menunjang kemampuan personal sebagai dai.
b.       Kesetaraan dan Non Diskriminasi
Dalam penanganan permasalahan Pengurus Mushallah Al-Ikhlas tidak akan membedakan antara jenis kelamin, potensi intelektual dan keragaman suku serta warna kulit. Semua itu akan memperoleh perlakuan yang sama, dalam bingkai persaudaraan muslim untuk maju bersama.
c.       Pemberdayaan. Untuk mewujudkan pemberdayaan dai,
 Pengurus Mushallah Al-Ikhlas akan memberikan penguatan manajemen keorganisasian dan mengajak mereka untuk terlibat dalam setiap kegiatan Pengurus. Dari kegiatan ini, diharapkan akan tercipta kemampuan manajerial dan peningkatan kapasitas dalam mengelola dan kerja-kerja keorganisasian dai.
d.      Partisipasi.
 Ketika terjadi peningkatan atau kematangan potensi kemanusiaan, sehingga menjadi berdaya maka akan mampu untuk mengatasi permasalahannya sendiri maupun masalah dalam kelompoknya berikut mengembangkan/membesarkan organisasi.
e.       Akuntabilitas.
egiatan ini akan memungkinkan penerima manfaat dapat menuntut pertanggungjawaban Pengurus Mushallah Al-Ikhlas Kelurahan Nunu. Dalam hal ini mengharuskan untuk memenuhi hak-hak lepasan pelatihan untuk menerima pembinaan dan pelibatan dalam setiap kegiatan Pengurus Mushallah.
9.      Rencana Pengawasan Dan Evaluasi
Skenario dalam memastikan kualitas dari kegiatan berjalan sesuai rencana, Pengurus Mushallah Al-Ikhlas sebagai penanggung jawab pelaksana kegiatan Pelatihan ini mengembangkan strategi pendekatan monitoring dan evaluasi dengan dua cara, yaitu: Pertama, monitoring evaluasi internal yang dilakukan sendiri oleh struktur penanggung jawab kegiatan dengan tujuan untuk memastikan arah strategis pelaksanaan kegiatan dijalankan sesuai dengan skenario dalam pencapaian tujuan kegiatan secara konsisten. Kedua, monitoring evaluasi eksternal dilakukan oleh masyarakat umum untuk memastikan kegiatan dijalankan secara bertanggung jawab kepada kelompok target penerima manfaat kegiatan.

10.  Rencana Tindak Lanjut
Peserta yang telah mengikuti kegiatan ini akan diikutkan dalam kegiatan forum calon dai selama minimal satu tahun. Forum tindak lanjut ini berbentuk:
v  Koordinasi dan diskusi/share berkala,
v  Pengiriman dai pada momen Ramadhan,
v  Kegiatan lain yang mendukung pengayaan lainnya.










11.  NEED ASSESSMENT (Analisis Kebutuhan)

1.      Pengertian Need Assessment.
Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson dan kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).

2.      Model Konseptual Untuk Asesmen
Penelitian yang terdahulu yang bersifat kritikal dalam mengajarkan kita tentang asesmen pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu:
  1. Hasil dari institusi atau program tidak benar-benar mengatakan pada kita tentang pengaruh pendidikan dan efektivitas pendidikan dalam mengem-bangkan talenta. Karena itu, hasil harus selalu dievaluasi.
  2. Hasil pengukuran seperti Ph.D dimana produktivitas tidak ditentukan oleh pengukuran input tunggal seperti kemampuan siswa.
  3. Pemahaman kita tentang proses pendidikan akan dibatasi jika kita kekurangan informasi pada lingkup pendidikan tinggi.

3.      Konsep Dan Aplikasi Needs Assessment
Need Assessment, adalah alat untuk perubahan konstruktif dan positif tidak berubah biasanya diarahkan oleh kontroversi. Needs Assessment dikenal sebagai proses formal yang menentukan gap antara hasil sekarang dan hasil yang diinginkan. Need artinya gap antara hasil sekarang dan hasil yang diinginkan.
Sifat gap adalah bersifat kritikal. Needs assessment adalah penting untuk memiliki masalah yang tepat untuk resolusi dan akan melengkapi informasi yang penting dalam menentukan intervensi yang sesuai. “Ends” adalah hasil akhir, akibat produk yang terjadi ketika kita selesai dengan penerapan semua teknik, interverensi atau strategi. “Means” adalah alat dan prosedur, solusi dan bagaimana melakukan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Means dan Ends adalah beda dan saling berhubungan.
Perencanaan menjadi aktifitas yang bersifat kritikal dimana: (a) means dan ends dibedakan, (b) penuntun diberikan untuk administrator, pendidikan dan umum yang mengidentifikasi masalah serta bagaimana satu solusi dipilih untuk menyesuaikan keabsahan dan masalah yang berguna.Conventional Wisdom biasanya dimulai dengan ujian dimana penentuan gap oleh pengujian outcome. Perencanaan menyatakan bahwa suatu aset adalah sah hanya pada tingkat di mana ia mengasses urusan kita. Pendekatan sistem adalah bersifat pragmatik.

4.      Pemilihan Akan Pendekatan Needs Assessment
Pilihan model, prosedur dan instrumen harus diarahkan oleh tujuan dan konteks assessmen dan putusan yang dibuat berdasar pada dasar penemuan atau hasil.
 Ada sembilan model putusan antara lain: (1) model putusan layanan manusia, (2) model putusan pendidikan, (3) model elemen organisasional, model pelatihan multicomponen, (4) model bidang analisis, (5) model komunitas perguruan, (6) model ekologikal, (7) model needs assessment dengan orientasi komunitas, (8) model komunitas youth assessment, dan (9) model cyclical.

Model Input-Environment-Outcome (IEO)
Diprediksi berdasar asumsi bahwa prinsip yang berarti bahwa asesmen dapat digunakan untuk memperbaiki praktek pendidikan lewat pembaruan pendidikan tentang efektivitas perbandingan dari kebijakan pendidikan yang berbeda. Model IEO didisain secara khusus untuk menghasilkan informasi tentang hasil yang dipengaruhi oleh kebijakan pendidikan yang berbeda.

5.      Langkah-Langkah Asessment
a.       Pengumpulan informasi
b.      Identifikasi kesenjangan
c.       Analisis performance
d.      Identifikasi hambatan dan sumber
e.       Identifikasi karakteristik siswa
f.       Identifikasi prioritas dan tujuan
g.      Merumuskan masalah

6.      Nedassesmen dalam program pendidikan dan sosial
Needs assessment adalah analisis formal yang menunjukkan dan mendokumen-tasikan gaps antara akibat sekarang dan akibat yang diinginkan. Menurut Kaufman and English, internal needs assessment adalah gap analisis yang memungkinkan investigasi dan determinasi need agar lebih rinci terhadap lingkup sponsoring organisasi terhadap asesmen. External needs assessment adalah gap analisis yang membutuhkan dasar yang membawahi perencanaan dan pencapaian untuk masa yang akan datang. Fokus dari asesmen adalah individual dan organisasi.
7.      Kesimpulan untuk Akhir Needs Assessment
  1. Setiap needs assessment adalah analisis gap.
  2. Perencanaan dapat dimulai pada setiap tahap dari model pendekatan sistem.
  3. Adanya taxonomi yang mungkin dari needs assessment yang berhubungan dengan keenam tahap pendekatan sistem.




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Teori Sistem: yaitu, suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang tercakup di dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar keluarga disebut sebagai system, anak merupakan sus system dan masyarakat merupakan supra system, selain kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya secara horizontal suatu system dengan berbagai system yang sederajat.

Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).

B.   Saran
Dengan disajikannya makalah ini penulis telah berusaha dengan sebaik & semaksimal mungkin dalam proses pembuatannya, namun penulis juga sadar bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan keritik dan sarannya yang bersipat membangun. Dengan tujuan untuk lebih baik lagi dimasa yang akan dating.